Ilustrasi susu Photo: Shutterstock Susu sapi saat ini dikemas, diolah dan difortifikasi untuk berbagai kebutuhan. Di pasaran, kita dapat dengan mudah menemukan produk susu untuk ibu hamil, ibu menyusui, susu pertumbuhan untuk anak usia 1-3 tahun, usia remaja, bahkan orang berusia lanjut. Perlukah sebenarnya mengonsumsi produk susu 'khusus' yang dibedakan ini? Menurut Ketua Pergizi Pangan Indonesia Prof. Hardinsyah, pengelompokan susu sebenarnya disesuaikan dengan fortifikasi, yakni penambahan satu atau beberapa zat gizi (nutrien) dalam susu yang telah diolah. Perbedaan didasarkan atas zat-zat gizi yang ditambahkan dan paling dibutuhkan oleh konsumen bersangkutan. Penambahan zat-zat gizi ke dalam susu, kata Hardinsyah, ditujukan untuk mengantisipasi kekurangan zat gizi tertentu yang tidak tercukupi kebutuhannya dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. "Budaya di masyarakat kita masih paling banyak mengonsumsi karbohidrat, sedangkan unsur gizi lainnya seperti protein yang didapat dari daging, ikan, telur masih kurang. Terlebih vitamin dan mineral yang didapat dari sayur dan buah,"ujar Hardinsyah yang juga menjabat Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB), Selasa (12/2/2013) di Jakarta. Menyoal pengelompokan susu, Hardinsyah menilai hal itu sebagai strategi industri semata. "Ini hanya industri yang jeli melihat kebutuhan pasar. Sebenarnya semua susu boleh, asalkan masih memiliki zat gizi yang utuh. Yang jelas, jangan susu kental manis yang dijadikan sumber gizi. Susu kental manis mengandung banyak gula dan hanya baik untuk campuran makanan seperti kue, martabak, atau es campur,"ujarnya Oleh karenanya, kata Hardinsyah, sah-sah saja untuk mengonsumsi susu dengan pengelompokan apabila merasa belum cukup mendapati semua zat gizi dari makanan. Kendati demikian, Hardinsyah menekankan pentingnya untuk tetap memenuhi kebutuhan zat gizi melalui menu makanan yang sehat dan seimbang, dan tidak hanya bergantung kepada susu. SUMBER: KOMPAS.COM
0 komentar:
Posting Komentar