Sudah hampir dua minggu terakhir, teman kerjaku itu tampak murung. Biasanya ia menjadi pencair suasana disaat kami terlalu serius bekerja untuk mengejar deadline. Entah apa yang ada dalam pikirannya, setiap kali kutanya punya masalah apa, dia selalu menjawab tidak ada apa-apa. Hal ini membuat kami semua teman kerjanya bingung dan kami ingin sekali membantunya memecahkan masalah yang tengah menimpanya.
Di tempat kerjaku, ada 2 orang yang belum menikah dan sudah cukup umur untuk melaksanakan sunnah Rasul ini. Obrolan kami yang sudah berkeluarga tentang anak, rumah di sela-sela bekerja menjadikannya sedikit minder. Dua orang teman itu, sebut saja A sudah punya calon istri yang serius dan rencananya tahun ini mereka akan menikah. Sementara si B belum menemukan tambatan hati untuk dijadikan calon istrinya.
Hingga suatu waktu, si B bertanya kepada seorang teman kerjaku di bagian administrasi. "Mbak, punya teman cewek gak?" ia bertanya.
"Ada, banyak teman kuliah dulu. Memangnya kenapa?" jawab temanku itu.
"Aku pengen segera menikah tapi belum menemukan calon istri yang serius nih," keluhnya.
"Oo, iya tar aku kenalin sama temanku yang kebetulan juga sedang mencari calon suami," pungkasnya.
Setelah mengetahui itu masalahnya, aku memancing-mancing pembicaraan tentang pernikahan dan akhirnya si B ini mau terbuka ngobrol dengan terus terang. Ia bercerita ketika duduk di bangku SMA dan perguruan tinggi, begitu gampang sekali mempunyai kenalan perempuan teman SMA dan kuliahnya. Tapi ketika memasuki usia kepala tiga, ia mulai gelisah dan gundah, karena belum menemukan pendamping hidupnya.
Targetnya memang tahun ini ia menikah. Keluarganya sudah sering menanyakan kapan akan menikah, ia hanya selalu menjawab insya Allah segera dengan malu-malu.
***
Ada juga teman SD-ku yang sudah bekerja dan dari hasil keringatnya bekerja ia sudah mampu membeli sepeda motor dan rumah, bisa dikatakan cukup kaya untuk ukuran seorang bujangan di kampung waktu itu.
Sekarang ia menyesal dan baru terasa tidak enaknya membujang. Ia pernah curhat kepadaku melalui SMS, ketika malam hari ia suka melamun dan bersedih dengan apa yang dialaminya. Batinnya menjerit.
Memang sudah cukup banyak uang yang ditabung untuk persiapan nanti ia menikah dan berkeluarga. Tiap hari ia habiskan waktunya untuk bekerja dan terus bekerja sehingga ia terlupa dengan mencari pendamping hidup.
Ia sudah mempunyai calon dan rencananya segera dilamar, tetapi orangtua perempuan itu masih belum menanggapi serius niat tulusnya dan suka memandang materi. Ia dan calonnya sudah merasa saling cocok, tetapi ada ganjalan dari orangtuanya yang belum merestuinya dengan hubungannya.
Aku terus memotivasi untuk terus berikhtiar mencari pendamping hidup, tidak berputus asa ketika gagal, rajin berdo'a dan shalat malam. Jangan hanya karena mencari uang (bekerja) sehingga melupakan pernikahan.
***
Masalah seperti itu pernah aku alami. Aku anak bungsu, tiga kakakku sudah menikah semua dan sudah mempunyai anak. Bapak dan semua kakakku sudah sering menyuruh untuk menikah. "Mumpung bapak masih ada dan bapak pengen segera menjadi wali nikahmu," begitu kata bapak setiap aku mudik ke rumah setelah bekerja di luar kota.
"Minta do'anya saja semoga bisa secepatnya menikah," jawabku.
Waktu itu umurku hampir mendekati kepala tiga, semua teman-teman SD-ku sudah banyak yang menikah. Setiap pulang ke rumah suka ketemu mereka yang sudah menikah, bahkan ada adik kelasku yang sudah menggendong anak.
Alhamdulillah, ketika niatku sudah bulat untuk menggenapkan separuh agama, akhirnya Allah mempertemukan calon pendampingku. Ia teman kuliahku dulu yang berbeda jurusan, semasa kuliah kami tidak terlalu dekat dan sudah menjadi rencana Allah akhinya kami menikah.
Mulai dari proses khitbah sampai acara resepsi, keluarga mendukung sepenuhnya, baik moril dan materil. Tenang perasaanku. Lengkap sudah hidup setelah aku mengucapkan akad nikah.
Dulu ketika masih bujangan, mempunyai uang sebanyak apapun pasti cepat habis, tetapi setelah menikah, keuangan ada yang mengaturnya. Ketika mempunyai masalah, bisa saling berbagi dan menemukan solusi serta banyak sekali faedah yang kurasakan setelah mempunyai istri. Alhamdulillah sekarang terasa, orangtua dan keluargaku yang menyuruh segera menikah ternyata benar. Entah apa jadinya kalau aku terus membujang dan menunda pernikahan.
***
Di tempat kerjaku yang dulu, ada seorang teman laki-laki yang umurnya hanya beda beberapa bulan denganku. Ia lebih muda. Waktu itu temanku sudah mempunyai calon istri dan segera mengkhitbah. Dalam benakku, untuk hal yang baik aku tidak boleh kalah, aku harus segera lebih dulu menikah dibanding dirinya. Aku harus mengejar "ketertinggalan" dari temanku itu dan menjadikan itu bagian motivasi bagiku.
Setelah temanku mengkhitbah calon istrinya, berselang sebulan kemudian aku pun segera mengkhitbah calon istriku dan segera menentukan bulan pernikahan kami. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan aku bisa menikah lebih dulu dibanding dirinya.
***
Dua teman laki-lakiku di atas yang mempunyai masalah dengan jodohnya (belum dipertemukan) ini juga pasti dialami oleh para akhwat. Memang banyak pertimbangan untuk menentukan siapa pasangan hidup kita, mulai pendidikan sang calon apakah bergelar sarjana atau lulusan SMA, keluarganya termasuk orang kaya atau sederhana, serta banyak lagi pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dan itu sah-sah saja, tetapi semoga pertimbangan itu tidak untuk sengaja menunda-nunda pernikahan.
Atau yang pernah beberapa kali gagal menjalin hubungan serius sehingga ia hampir frustasi mencari calon pendamping dan malas, untuk terus berdo'a kepada Allah supaya segera dipertemukan dengan jodohnya.
Sabda Nabi, pilihlah calon istrimu karena empat hal : harta, keturunan, kecantikan, dan agama. Maka pilihlah dia untuk kau jadikan istri, akan tetapi dalam Islam tidak diperbolehkan syarat kecantikan di atas agama. Seperti sabda Baginda Nabi, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah."
Insya Allah karena agamanya, itu yang aku pegang dalam menentukan calon pendamping hidupku.
Untuk teman-temanku yang belum menikah, semoga Allah segera mempertemukan kau dengan jodohnya. Dimudahkan dalam mencarinya. Jangan su'udzan kepada Allah bila pernah gagal, teruslah memohon kepada-Nya dengan rajin shalat malam dan memperbanyak kenalan, sehingga dunia ini tidak terasa sempit. Insya Allah jika sudah waktunya, kau akan segera menikah. Hal itu sangat mudah bagi Allah, bisa jadi jodohmu teman bermain ketika kecil, teman waktu SMA, teman kerja, atau dari yang tidak kita sangka-sangka sebelumnya.
Dan semoga setelah menikah nanti, Allah menjadikan keluargamu, keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah. Amin… Amin… Ya Rabbal Alamin
http://www.blogger.com/img/blank.gif
SUMBER : KOTA SANTRI
0 komentar:
Posting Komentar