Pukulan sejumlah warga membuat ular seukuran tiang telepon memuntahkan tubuh pelajar kelas 1 SMPN 2 Tembung itu yang telah ditelahnya lebih dari setengah. Ular bercorak warna cokelat, kuning dan hitam tersebut pun kabur masuk ke lubang di pinggir sungai yang diduga merupakan sarangnya. Ratusan warga bersama aparat kepolisian pun mencari ular phyton itu dengan menyisir pinggiran sungai kemarin.
Untuk memancingnya keluar dari sarangnya, warga membakar ilalang. Barulah sekitar pukul 17.35 WIB, hewan melata tersebut menampakkan diri, tapi kemudian masuk ke sarangnya lagi. Seorang warga setempat Darlis, 35, menuturkan, ada 15 orang yang menarik ular itu dari kolam yang ada di belakang terowongan limbah PT Panca Pinang.Warga pun memukulinya dengan berbagai benda keras hingga lemas.
Setelah itu ular ditarik ke darat dimasukkan dalam karung goni dan dibawa ke Kantor Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) Percut Sei Tuan. Namun, sejumlah warga menyatakan ular itu bukanlah ular yang membunuh Zaka. Dari keterangan warga, ular itu sepanjang 7 meter dan seberat 150 kg. Hingga tadi malam, warga masih terus melanjutkan pencarian di sepanjang sungai di kawasan Jembatan Titi Sewa.
Akibat banyaknya warga yang berkerumun di lokasi, menimbulkan kemacetan di Jalan Medan–Tembung sepanjang satu kilometer. Zaka sendiri meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Mitra Husada sekitar pukul 20.00 WIB, Kamis (18/3). Saat kejadian, putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Jamanuddin, 42, dan Sriati, 44 ini sedang bermain bersama lima temannya di sungai itu sekitar pukul 17.00.
Menurut keterangan, Zaka yang masuk sekolah pukul 13.00- 17.00, dan sebelum maghrib biasanya bermain bersama temantemannya. “Anak saya itu memang biasa saya titipkan sama neneknya atau mertua saya yang lokasinya dekat sungai di Jalan Besar Tembung, Desa Duku. Jadi setiap pagi, saya titipkan ke sana dan sore baru pulang,” ujar Jamanuddin, di rumah duka di Jalan Gambir Dusun IV, Sei Rotan, Tembung, seusai jenazah Zaka dikebumikan kemarin siang.
Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai penarik becak bermotor (betor) ini mendapatkan cerita lengkap dari adik iparnya yang mengatakan, Zaka bermain rakit-rakitan batang pisang bersama lima temannya yang semuanya masih Sekolah Dasar (SD). “Cuma anak saya yang SMP, yang lainnya masih kecil. Karena memang dia senangnya begitu, dan main di sungai bukan sekali ini saja, sudah tiap hari dia seperti itu.
Selama ini tidak ada masalah,” ungkapnya. Menjelang sore pukul 18.00, lanjut Jamanuddin, setelah anaknya dan teman-temannya tiga kali naik turun bermain rakit-rakitan, semua memutuskan pulang. Zaka sebagai yang paling besar berada di barisan terdepan naik ke darat. Di dekat pinggian sungai itu ada terowongan pembuangan limbah milik pabrik Bongkar Muat Pupuk milik PT Panca Pinang.
Di dekat terowongan ada lubang yang diatasnya ada batangbatang bambu, biasanya digunakan anak-anak untuk naik ke darat. Terowongan jaraknya dari sungai hanya 100 meter dan terdapat lubang-lubang. “Jadi, pada saat itu,Zaka yang pertama lewat, tibatiba bambunya yang dijadikan jalan patah. Kaki anak saya sebelah kanan terpelosok dan langsung disambar ular itu,” ujarnya.
Melihat kondisi Zaka, lima temannya langsung memberitahu orang-orang yang saat itu sedang salat maghrib di masjid di dekat sungai. “Dipanggil semua orang dan kebetulan ada adik ipar saya. Pas dilihat lubangnya, posisi anak saya sudah dililit dengan kaki yang sudah sampai dengkul masuk mulut ular. Dari atas, adik ipar dan orang-orang lain memukul ular itu yang sudah mau memakan anak saya.
Menurut mereka sudah nampak giginya sewaktu melilit naik terus ke bagian kepala anak saya. Tapi, karena terus dipukul, ular pun melepaskan anak saya dan masuk ke lubang lagi,” paparnya. Zaka pun dievakuasi dari lubang dan tubuhnya telah membiru dengan luka bekas gigitan ular di bagian kaki. “Kata adik ipar saya, mereka langsung membawa anak saya ke rumah sakit. Tapi di jalan sudah nampak tidak bernapas.
Di Rumah Sakit Mitra Husada sempat diberikan alat pembantu pernapasan, tapi malah keluar darah dari mulut dan hidungnya,” bebernya. Dia mengaku sangat sedih, sebab sudah 20 tahun tinggal di sana, tidak pernah ada kejadian seperti ini.Walau diakuinya lima tahun lalu, saat dia bekerja di PT Panca Pinang ada ular yang bersemayam di dalam terowongan tersebut. “Pada saat itu ularnya memang sudah besar, kami para pekerja enggak ada yang berani, makanya kami biarkan.
Tapi, sama sekali enggak menyangka ularnya masih di situ dan makin besar pula. Kata mereka yang melihat ular itu, badannya sebesar tiang telepon, sangat besar,” celetuknya. Menurut dia, peristiwa warga dipatok ular di kawasan itu sering terjadi.“Namanya juga di sekitar sungai, banyak sekali lubangnya dan ular-ular kecil banyak. Di terowongan itu dulu saya dan kawan-kawan pekerja lihat ikannya besa-besar dan mungkin ular itu cari makan.
Kalau musim kemarau terowongan itu juga kering,” katanya seraya mengungkapkan, istrinya masih shock atas peristiwa ini dan berharap tidak ada korban lagi yang dimangsa ular tersebut. Sementara itu, Kepala Unit Reskrim Polsekta Percut Sei Tuan Inspektur Polisi Satu (Iptu) Yon Edi Winara mengatakan, pihaknya masih memintai keterangan dari sejumlah saksi. Selain itu, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan warga dan perangkat pemerintah setempat untuk memburu ular tersebut. “Kami juga menurunkan empat orang yang dipercaya sebagai pawang untuk menangkap ular itu,” ujarnya.
SUMBER : SEPUTAR INDONESIA
0 komentar:
Posting Komentar