Pages

Subscribe:

Labels

Laman

Kamis, 14 Januari 2010

Situs Seks Yang Diklik Sejuta Kali !

Situs Seks Yang Diklik Sejuta Kali !

Semua hal yang berbau seks selalu menarik perhatian lebih daripada hal lain. Di mana pun pada zaman apa pun, seks dan juga tulisan atau gambar yang bersangkutan dengannya konon akan selalu memukau manusia dan akan terus laku. Situs tentang seks yang dibuat resmi oleh sebuah pemerintah di Eropa bahkan diklik sejuta kali dalam sehari, selama tiga hari berturut-turut.

KALI ini, saya harus mengamini pendapat dari seorang wartawan senior, akhirnya. Di sebuah warung Tegal di Tebet, Jakarta Selatan, suatu siang bertahun-tahun yang silam di tengah hiruk pikuk antrean pembeli, kami menyaksikan sekelompok pekerja berdasi asyik berbincang soal video mesum mahasiswa Itenas dan mahasiswi Universitas Padjadjaran, Bandung. Sembari mengunyah makanan, mulut mereka bersuara, menimpali komentar kawannya. Kadang-kadang diselingi tertawa. Di depan mereka tergeletak sebuah surat kabar terbitan Jakarta yang dikenal laris dengan berita seks dan kriminal.

Wartawan senior itu lantas membuka percakapan. “Kamu tahu kenapa koran itu laku,” kata dia. Saya geleng-geleng kepala sambil terus makan. “Karena beritanya hanya soal seks dan kriminal,” kata dia. “Tempo dan Kompas tidak begitu tapi laku,” jawab saya. “Itu lain. Dua media itu telanjur punya nama besar dan pembaca fanatik, sama dengan Intisari,” jawab dia. “Lalu kenapa berita seks selalu menarik,” tanya saya. “Karena itulah naluri manusia. Andai Kompas dan Tempo juga menulis soal skandal seks dan skandal pembunuhan pastilah mereka akan lebih laku lagi,” jawab dia.

Saya hampir lupa dengan kepingan kejadian itu, hingga saya melihat respons terhadap tulisan saya soal Brisbane Sexpo 2008 di blog ini. Dua hari lamanya sejak saya posting Selasa kemarin, tulisan itu mendapat perhatian besar dari banyak orang. Rabu, hari ini, hanya dalam waktu 12 jam sejak jam 7 pagi, tulisan berjudul “Berfoto dengan Miss Porno Australia” itu bahkan sudah dibaca oleh 326 orang dari total 725 pengunjung (klik). Dan dilihat dari gejala statistiknya pembaca artikel itu kelihatan masih akan terus bertambah. Kemarin, tulisan itu dibaca oleh 120 orang dari total 695 pengunjung. Saya tak percaya tulisan itu bisa mendapat perhatian besar.

Timbul pertanyaan pada diri saya, mengapa berita Sexpo 2008 itu mendapat perhatian khalayak dan mengalahkan tulisan-tulisan saya yang lain, yang menurut saya justru lebih menarik dan perlu mendapat perhatian, seperti soal BLBI dan tentang penelitian ilmuwan IPB. Saya kemudian berinisiatif membuat semacam daftar penyebab untuk berita Sexpo 2008. Pertama, mungkin karena judul yang saya buat cukup provokatif sehingga memancing rasa ingin tahu para pembaca, kedua barangkali karena tulisan yang saya angkat dianggap sebagai sesuatu baru, dan ketiga jangan-jangan benar apa yang pernah dikatakan wartawan senior itu, bahwa manusia cenderung tertarik kepada hal-hal berbau seks. Di antara tiga pilihan itu, saya cenderung membenarkan kemungkinan ketiga: naluri manusia.

Alasan saya sederhana. Tulisan tentang Sexpo 2008 itu hanyalah berita biasa yang saya maksudkan agar pembaca blog ini mengetahui ada “sisi” lain dari kehidupan manusia di “luar” sana, yang mungkin sangat berbeda sama sekali dengan kehidupan para pembaca blog ini. Tak ada tulisan saya yang sengaja dibuat sedemikian rupa di artikel tersebut, untuk misalnya, memancing syahwat. Judul yang saya tuliskan, saya anggap juga cukup netral dan sangat biasa. Karena alasan itu, saya berkesimpulan, naluri manusia adalah faktor utamanya.

Dari sekian email yang masuk untuk mengomentari artikel itu, sebagian berasal dari para pembaca yang menurut saya, masih memegang “adat timur” kalau tidak mungkin disebut pembaca yang “taat beragama.” Di antara mereka bahkan ada yang menggunakan kata-kata yang bernuansa keagamaan. Namun seks ternyata bukan soal timur barat, beragama atau tidak karena terbukti, para pembaca itu masih tetap menyempatkan diri untuk membaca artikel yang mengandung kata kunci seks dan porno seperti tulisan tentang Sexpo 2008 itu. Apa yang bisa dikatakan dengan semua fakta itu, selain kemudian saya hanya bisa membenarkan pendapat senior saya bahwa semua itu didorong oleh naluri?

Dalam artikel berjudul “Mitos Seks dan Kesehatan Seksual” yang ditulis oleh Dr Sheilla dan dimuat di situs BKKBN, disebutkan bahwa seks adalah sesuatu hal yang selalu menarik untuk dibahas dan dibicarakan karena tidak dapat dimungkiri bahwa seks adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Bila mendengar kata seks biasanya akan timbul respons dan ekspresi yang bervariasi dari masing-masing individu. Namun kata dokter itu, walaupun termasuk kebutuhan dasar tak berarti semua orang mau membicarakan seks secara terbuka dan terang-terangan, karena dianggap tabu dan sangat pribadi. Di sisi lain banyak orang yang penasaran dan haus informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan seks. Rasa keingintahuan yang besar ini mendorong masyarakat untuk mencari informasi dari berbagai sumber, baik itu dari teman-teman dekat maupun dari media-media lain.

Ada yang menyebutkan, penyebab manusia menyenangi seks berikut informasi tentangnya, karena seks adalah impuls manusia yang paling hewani. Karena sifatnya sangat mendasar, seks kata yang terdiri dari empat huruf itu, menjadi universal. Di mana pun pada zaman apa pun, seks dan juga tulisan atau gambar yang bersangkutan dengannya konon akan selalu memukau manusia dan akan terus laku. Pernyataan semacam ini, boleh saja dibantah dan tidak diikuti tapi bahkan penerbit-penerbit buku pun, rata-rata pernah menerbitkan buku soal seks. Di Indonesia misalnya, mulai dari Gramedia Gramedia Pustaka Utama, Kompas, Rosdakarya hingga penerbit-penerbit kecil pernah menerbitkan buku tentang seks dan terbukti laku.

Ambil contoh yang pernah dialami oleh Gagas Media yang pernah menerbitkan Malam Pertama, Sex On The Phone, dan Jakarta Undercover 2. Buku-buku itu ternyata laku keras. Menurut Rudy FX (Gagas Media), ditinjau dari apa pun, soal seks akan selalu menarik, baik dari sisi medis, sosial, moral, filsafat, dan sebagainya. Semakin dilarang dan ditutup-tutupi, kata dia, semakin membuat penasaran orang ingin tahu banyak (Lihat “Bertanya Seks pada Buku” Koran Tempo, 27 Mei 2005). Di luar negeri, jangan ditanya lagi.

Lalu lihat pula situs www.vrijlekker.nl yang dibuat oleh Badan Kesehatan Publik Belanda. Situs yang diluncurkan pada 30 Januari 2008 itu, hingga 2 Februari 2008 terbukti diklik hampir 1 juta kali oleh sekitar 60 ribu orang setiap hari. “Sebenarnya kami yakin situs ini akan ngetop tapi ini benar-benar melampaui harapan kami yang paling gila sekali pun,” kata Udi Davidovic dari Badan Kesehatan Publik di Amsterdam (Lihat “Pelatihan Seks Aman Online Banjir Pengunjung,”

SUMBER :BLOG ARTIKEL

0 komentar:

Posting Komentar