Pemerintah Menyiapkan Segudang Insentif Di Sektor Energi
JAKARTA. Ini jelas kabar yang menyenangkan bagi para pelaku usaha yang bergerak di sektor energi. Sebab, Pemerintah bakal memberikan segudang insentif yang berhasil mengembangkan potensi energi di Indonesia, termasuk renewable energy atawa energi terbarukan.
Pemberian insentif tersebut merupakan bagian dari rencana aksi 100 hari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono. Contoh, insentif bagi pemanfaatan renewable energy sudah harus direalisasikan paling lambat 1 Februari 2010.
Cuma, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa menyatakan, insentif yang diberikan pemerintah tidak melulu berupa fasilitas fiskal, melainkan juga nonfiskal seperti perubahan pola bagi hasil produksi minyak mentah. "Itulah insentif nonfiskal," katanya, akhir pekan lalu.
Ambil contoh, insentif pengembangan sumur-sumur minyak tua. Hatta bilang, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi alias BP Migas bakal menawarkan pola bagi hasil yang menarik bagi investor.
Tawaran bagi hasil yang menarik juga berlaku untuk pengembangan lapangan-lapangan minyak baru. Menurut Hatta, pemerintah berencana mengubah sistem bagi hasil yang selama ini berlaku, yakni 85% untuk pemerintah dan 15% buat kontraktor production sharing (KPS).
Cuma, Hatta belum mengetahui persis berapa nantinya angka bagi hasil tersebut. Yang jelas, "Untuk marginal, dipikirkan pembagiannya seperti apa sehingga orang melihat dari sisi keekonomian itu menarik," ujar dia.
Di sektor kesehatan, pemerintah berencana memperluas cakupan Program Jamkesmas. Anak yatim piatu yang menghuni panti asuhan dan orang lanjut usia yang tinggal di panti wreda bakal mendapat layanan kesehatan gratis itu. "Selama ini kami luput memperhatikan kaum ini," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Senin (9/11). Dia juga berjanji, akan memberikan jaminan pembiayaan kesehatan untuk anggota TNI yang bertugas di daerah perbatasan.
Membangun Indikator: SERATUS HARI PEMERINTAHAN SBY-BUDIONO
Seratus hari itu 3 bulan lebih. Tentu banyak yang bisa dilakukan. Seratus hari dari 5 tahun mandat pemerintahan tentu amat singkat. Tetapi lazim dianggap penting memberi penilaian awal terhadap kinerja sebuah pemerintahan pada masa paling ”dini” ini. Artinya jika dalam 100 hari pertama tidak ada indikasi perubahan, maka disangsikan pidato-pidato kampanye tempohari hanya rencana kosong yang tidak siap ”dibumikan”. Lemah konsepsi, dan disangsikan pula kegalauan akan berkelanjutan.
KONSEPSISBY-BUDIONO memenangkan pilpres hanya 1 putaran dari yang tadinya amat disangsikan berlangsung 2 putaran dan sukar diprediksi hasilnya. Setelah pengumuman pemenang oleh KPU, acara Acceptance Speech Ceremony yang dilangsungkan di kubu SBY-BUDIONO begitu meriah. Hal yang paling memukau tentu bukan pada yel-yel dari ”sejuta” kepalan tangan ke udara dari para pendukung pasangan ini. Ingatlah pada waktu itu SBY berpidato bagus sekali: konsepsional; dan disampaikan dalam dwibahasa: Indonesia dan Inggeris. Luar biasa pidato itu, bukan karena diucapkan oleh seorang pemenang pilpres.
Pidato tanpa teks berulang lagi dengan kepiawaian yang amat sempurna ketika upacara kenegaraan di Gedung DPR-RI yang sudah merupakan konvensi dalam rangka hari kemerdekaan RI. Kandungan dan cakupan terasa berusaha memenuhi panggilan hati semua orang tanpa kecuali. Di dalamnya setiap orang diwarga-nomor-satukan, dihargai dan diberi harapan.
Kedua pidato di atas tidak bisa ditandingi oleh pidato-pidato di depan halayak pendukung saat kampanye pilpres. Tak 10 alasanbisa ditandingi bukan saja karena performance maupun bangun logika yang dipakai pada saat itu. Katakanlah ketika SBY membela kebijakan BLT dan pembagi-bagian beras untuk orang miskin yang dinilai para ekonom yang kritis sebagai kebijakan populis penumpukan utang. Begitu pun saat menjanjikan pendidikan gratis di depan pendukung, yang nyatanya menyisakan sejuta pertanyaan. Saat pidato Acceptance Speech Ceremony dan Pidato Kenegaraan di Gedung DPR-RI, SBY sudah menjadi Presiden RI ke 7 menunggu pelantikan dan secara psikologis perasaan plong setelah ”pertempuran” melelahkan sangat mendukung untuk seluruh aspek penilaian yang dapat dibuat untuk penampilan itu.
Apa pun prioritas program yang dibahasakan oleh SBY-BUDIONO dan kabinet 2009-2014, ’nBASIS menilai ada keharusan merevitalisa software negara ini, dan keharusan untuk menyintuh sisi-sisi paling krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Banyak keluhan terucapkan maupun teriakan terpendam yang mesti dibaca. Untuk 100 hari pertama pemerintahannya, ’nBASIS mengajak SBY-BUDIONO untuk memberi waktu dan pikiran serius membenahi 10 fokus yang begitu penting kaitannya dengan martabat bangsa. Selamat bekerja dan semoga sukses.
SUMBER : GOOGLE
0 komentar:
Posting Komentar