Sejarah Tong San Cong / Xuan Chang
Tong Sam Cong pernah hidup di zaman Dinasti Tang (diperkirakan pada tahun 602 AD - 664 AD pada jaman dinasti Tang.
Tong Sam Cong dikenal sebagai Táng-sānzàng (唐三藏), yang memiliki arti Tang menunjukan identitas dirinya berasal dari negeri tang,
sānzàng (三藏) artinya 3 Ajaran Tripitaka.
Lahir di provinsi Henan Nama Aslinya adalah Chen Hui sebelum menjadi biksu, Anak ke 4 dari 4 bersaudara. Pada Tahun 611 AD ia bergabung dalam lingkungan Sangha, ia mempelajari aliran Theravada Mahayana. Pada Tahun 618 AD Pada saat Dinasti Sui runtuh Ia bergabung kedalam lingkungan Pemerintahan Dinasti Tang.
Xuanzang akhirnya melakukan perjalanan ke barat dengan seorang diri pada tahun 622 AD , pada waktu itu masa pemerintahan Kaisar Tang Tai zong (599–649 AD).
Ia memang pernah ke India, namun ia sendirian ke sana lewat jalan darat, jalan sutra yang
waktu itu telah mulai sepi karena digantikan oleh jalan sutra laut lewat
Selat Malaka. Pernah ditemani oleh seorang biksu lainnya, namun waktu
bertemu kawanan penjahat sekali waktu (Tong Sam Cong sering bertemu
kawanan penjahat), ia lari meninggalkan Tong Sam Cong sendirian
melanjutkan perjalanan ke India.
Tong Sam Cong bukan hanya seorang biksu, ia juga seorang pengelana yang
tidak kalah mashyurnya dari Marcopolo atau Cheng Ho. Juga seorang
sejarahwan yang tidak kalah pamor daripada Sima Qian. Begitulah kira2
pandangan orang Barat terhadap Tong Sam Cong.
Catatan sejarah harus dibedakan dengan novel fiksi. Catatan sejarah
Pada Tahun 626 AD. Xuan Zhang menyelesaikan bukunya yang berjudul "Catatan Perjalanan ke Barat Zaman Tang Raya" (Ta Tang Xi Yu Ji 大唐西域記), dalam buku ini mengambarkan keindahan jalur sutra, buku ini kemudian di terjemahkan dalam bahasa barat tahun 1857.
Xuan zhang Sendiri berhasil menerjemahkan dan membawa 657 Sanskrit text agama Buddha dari India. Dan menerjemahkan sekitar 1330 darma ke dalam bahasa mandarin.
Ini ditulis oleh biksu terpelajar (tidak banyak biksu yang mengecap
pendidikan di zaman itu) berdasarkan penjabaran lisan dari Tong Sam Cong
sendiri. Catatan ini kemudian dipersembahkan sebagai hadiah kepada
Kaisar Tang Taizong (Li Shimin).
Catatan sejarah ini berisikan 139 negara kecil-kecil yang disinggahi
oleh Tong Sam Cong dalam perjalanannya ke India, merupakan catatan
lengkap menuliskan tentang keadaan politik, geografi, masyarakat masing2
negara. Catatan ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis pada
tahun 1857, bahasa Inggris pada tahun 1884 dan berbagai bahasa lainnya.
India mengambil catatan ini sebagai acuan akademis mendalami sejarah
kuno di India di zaman Tang.
Dari segi novel Wu Cheng-en
Dalam Karakter Tong San Chong dalam novel ini ia di temani oleh 3 orang siluman dan sangat lemah, juga incaran bagi siluman lainya untuk memakan dagingnya untuk hidup abadi, dalam novel juga ia melakukan perjalanan ke barat. Dan setiap kali ia dapat masalah dan sering meminta bantuan Dewi Kwan Im atau Dewi Avalokitesvara.
Terutama masalah mengatur tingkah laku Sun Go Kong.
Nah, mengenai Sun Go Kong, Tie Pat Kay dan Sam Cheng, bertiga ini murni
fiksi ciptaan Wu Cheng-en. Ketiganya diciptakan sebenarnya untuk
mengkritik keadaan masyarakat pada zaman Ming, zaman Wu Cheng-en hidup.
Sun Go Kong melambangkan kesombongan, Tie Pat Kay kemalasan, tak dapat
menahan nafsu dan Sam Cheng kebodohan. Ada pula yang berpendapat bahwa
Wu Cheng-en menciptakan 3 karakter itu sebagai lambang gontok-gontokan
persaingan antara Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme di zaman Yuan dan
Ming. Sebagaimana diketahui, orang Mongol (Yuan) memanfaatkan persaingan
antara kelompok2 religius di Tiongkok untuk melanggengkan kekuasaan mereka.
Sejarah Novel Kisah perjalanan ke barat
Di Tiongkok ada sebuah novel kuno yang diketahui secara luas yakni "His-yu-chi" (Catatan Perjalanan ke Barat), selama beberapa abad, kisah hidup yang telah tersiar lama ini tetap abadi. Adalah Wu Ch'eng-en (th. 1500 - 1582), seorang penulis novel dan puisi terkenal pada Dinasti Ming (1368-1644) kelahiran Shan-yang, Huai-an (sekarang Provinsi Kiangsu, Tiongkok) yang menuliskan suatu kisah berdasarkan cerita perjalanan Hsuan-tsang dari bukunya Ta-T'ang Hsi-yu-chi. Kisah cerita ini kemudian menjadi terkenal dengan legenda Kera Sakti Sun Wu-khung (Sun Go Kong atau Sun Hou-zi). Novel ini diterbitkan pertama kali pada 1592, 10 tahun setelah kematian Wu Ch'eng-en.
Cerita legenda "Catatan Perjalanan ke Barat" tersebut terdiri dari 100 bab yang dapat dibagi atas tiga bagian utama. Bagian pertama dari tujuh bab menceritakan kelahiran Sun Go Kong dari sebutir telur batu dan memiliki kekuatan mahasakti yang tiada tandingannya sehingga mengacaukan kayangan yang kemudian diturunkan dari kayangan dan dikurung oleh Buddha Sakyamuni di dalam Wu-hsing-shan (Gunung Lima Unsur Alam) sambil menunggu pembebasannya oleh seorang biksu yang akan melakukan perjalanan ke Barat mengambil kitab suci. Bagian kedua berisi lima bab yang berkaitan dengan sejarah Hsuan-tsang dan tugas utamanya dalam melakukan perjalanan ke Barat. Sedangkan bagian ketiga yang berisi 88 bab sisanya menceritakan keseluruhan perjalanan Hsuan-tsang dengan ketiga muridnya yaitu Sun Go Kong, Chu Pa-chieh, dan Sha Ho-shang
Kisah Perjalanan ke Barat yang populer dengan legenda kera saktinya itu adalah merupakan suatu karya legenda China yang luar biasa dalam menggambarkan ajaran Buddha darma yang sulit dimengerti oleh rakyat di Tiongkok waktu itu. Legenda ini merupakan gambaran kisah perjalanan Hsuan-tsang dengan berbagai kesulitan dari seorang manusia yang selalu diliputi oleh berbagai keinginan dan keserakahan (diwakili oleh Chu Pa-chieh), kebodohan batin yang merupakan refleksi karakter manusia yang lemah dan selalu membutuhkan dorongan semangat (diwakili oleh Sha Ho-shang), kesombongan, keegoisan dan pikiran yang liar (diwakili oleh Sun Go Kong). Dia adalah kera nakal yang tak pernah diam. Selalu bergerak ke sana dan ke sini dengan begitu cepatnya. Kalau sudah tidak bisa dikendalikan oleh biksu Tong (Hsuan-tsang), maka akan diperingati terlebih dahulu, tapi kalau masih nakal maka akan dibacakan mantra pemberian Avalokitesvara Bodhisattva.
Sedangkan biksu Tong sendiri menggambarkan suatu kesadaran bahwa setiap tindakan akan ada akibatnya. Tidak kalah pentingnya adalah jubah yang dikenakan oleh biksu Tong, merupakan suatu simbol perlindungan kesucian dari sifat dasar manusia. Jubah ini dikisahkan banyak memberikan perlindungan kepada biksu itu dari segala gangguan siluman yang mencoba membinasakannya ataupun menggodanya. Sedangkan Pai-Ma (kuda putih) hanyalah merupakan pelengkap cerita saja dan tidak mewakili apa-apa.
Di dalam cerita perjalanan menuju ke Barat untuk mencari kitab Buddha di bawah lindungan oleh para dewa di langit ini, tidak sulit ditemukan bahwa masalah langit dan bumi mempunyai urutannya. Dewa pada tingkat yang tinggi mengurus Dewa tingkatan rendah dan Dewa tingkatan rendah mengurus dunia manusia. Siapa yang telah merusak urutan ini, akan menerima hukumannya. Sun Go Kong menganggap dirinya paling hebat, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai dewa tertinggi, kemudian membuat keributan di istana langit. Prajurit dari langit juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Namun di hadapan Buddha, kecilnya bagaikan sebutir kelereng yang tinggal disentil dan meskipun mengeluarkan seluruh kemampuannya juga tidak akan bisa melepaskan diri dari telapak tangan Buddha. Setelah dibebaskan oleh biksu Tong, ia mengikuti perjalanan ke Barat mencari kitab suci sekaligus menebus karmanya.
Demikianlah karya sastra kuno yang berasal dari kehidupan pada zaman dahulu, memiliki makna nilai yang lebih dalam kehidupan, dan semua ini merupakan pengetahuan bersama secara umum. Dan yang membuat orang merasa takjub adalah bahwa pada zaman yang belum maju di masa itu, malah terdapat penuturan tentang "sehari di langit, setahun di bumi" dalam catatannya. Semua ini mungkin merupakan catatan karangan yang paling dini tentang pengetahuan manusia terhadap ruang dimensi lain alam semesta.
Dikarenakan ingatan manusia terbatas dan singkatnya kehidupan, maka demi untuk diketahui oleh anak cucu mengenai hal-hal orang dulu, lalu dituangkan dalam buku catatan. Orang-orang pada umumnya melihatnya sebagai sesuatu yang nyata pada catatan sejarah, namun menganggap bahwa ceritanya telah mengalami proses rekaan. Pada kenyataannya memang demikian adanya. Sebetulnya dalam catatan sejarah juga belum tentu mencatat masa lampau dengan yang sebenarnya, apalagi pada masa masa sekarang ini. Manusia dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, telah berubah semakin rumit, kesadaran dan pemikirannya sesudah lahir bagaikan kotoran lama yang semakin ditumpuk semakin tebal, membentuk zat-zat hitam yang semakin lama semakin keras. Naluri dan watak pembawaan manusia yang polos dan baik, telah dibelenggu. Dan merupakan sesuatu yang logis dan masuk akal jika orang dengan berdasarkan keinginan, tekad dan tujuannya telah membuat roman sejarah.
Akhirnya lama kelamaan, tidak ada lagi orang yang percaya dengan hal-hal dahulu. Banyak sekali hal-hal di dunia manusia yang kelihatannya bukan berdasarkan keinginan orang, manusia hanya bisa mengkhayal, namun tidak bisa mewujudkan agar segalanya tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Orang-orang sering kali mengungkapkan sebuah kalimat: "Segala sesuatu bisa dilakukan manusia, namun berhasil atau tidaknya tergantung oleh kuasa Tuhan.
Legenda dan sejarah Sun Go Kong
Segi Indentitas Sun gokong
Sun Go kong Memiliki Kekuatan Luar biasa, Bisa mengakut sebuah benda seberat 6750 Kg (13.500 jīn). Memiliki kecepatan tinggi jika terbang, dapat menjelajah 108,000 li (54,000 kilometers)dalam satu lompatan. dan mengetahui 72 transformasi binatang benda dan sebagainya. Rambutnya memiliki kekuatan magis yang luar biasa, Ia juga dapat memerintah angin
Segi Cerita
Sun Go Kong adalah salah satu tokoh utama dalam salah satu novel klasik Tiongkok "Shi You Ji" "Perjalanan ke Barat" karya Wu Cheng-en pada masa Dinasti Ming yang kemudian populer selama berabad2 lamanya baik di dalam maupun di luar Tiongkok. Dalam novelnya itu, Wu terlihat lebih menekankan tokoh Sun Go Kong daripada tokoh sejarah asli Pendeta Xuan Zang (Tang San-zhang/Tong Sam-Cong) dapat dilihat dari penokohan Pendeta Tong sebagai seorang yang baik hati namun lemah. Padahal dalam sejarahnya, Pendeta Tong mengadakan ekspedisi sendirian yang dapat membuktikan ketegarannya. Walaupun di tengah jalan ia bertemu dengan seorang teman bernama Shih Pan Tuo, namun ia kemudian melarikan diri ketika mereka menemui kesulitan. Kesulitan yang dimaksud adalah perampokan oleh bandit2 di tengah jalan. Saya di suatu kesempatan menyimak tayangan tentang Pendeta Tong di channel Discovery. Oleh Discovery, Pendeta Tong difilmkan sedang dikejar2 oleh para bandit berparas Turkistan (Asia Tengah) sebelum akhirnya sampai ke India dalam satu penggal cerita.
Riwayat Sun Go Kong secara sekilas adalah tinggi badan 1.33 meter, pada umur 320 tahun ia menuju Gunung Hua Guo, menjadi dewa dengan gelar "Qi Tian Da Sheng" pada umur 357 tahun. 180 tahun kemudian, karena suka membangkang, ia dihukum ditimpa di bawah Gunung Wu Sing selama 500 tahun. Setelah itu, ia berguru kepada Pendeta Tong dan menjalankan perintah untuk mengawal Pendeta Tong mengambil kitab suci ke India. Ia dikisahkan adalah perwujudan dari sebuah kera batu.
Dalam perkembangannya, karena Sun Go Kong terkenal akan kesaktiannya, muncul opini bahwa Wu mengambil tokoh Sun Go Kong muncul dari inspirasinya atas cerita Ramayana dari India yang mana juga ada mengisahkan tokoh kera sakti Hanoman. Di dalam kalangan sastrawan Tiongkok sendiri juga terdapat pendapat yang mendukung opini ini, namun mayoritas menolak teori ini. Juga ada yang berpendapat bahwa Wu mendapat inspirasi dari Hanoman, namun Sun Go Kong kemudian digambarkan tanpa ada kaitan sama sekali denan Hanoman India.
Lu Xun (1881~1936) adalah Bapak Sastra Modern Tiongkok yang terkenal. Ia berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah karya Wu yang mengambil inspirasi dari cerita karya Lee Gong-zuo yang hidup di zaman Dinasti Tang. Dalam novelnya berjudul "Gu Yue Du Jing", ia menceritakan tentang siluman sakti bergelar Huai Wo Shuei Shen yang akhirnya juga berhasil ditaklukkan oleh kekuatan Buddha. Setelahnya ia berganti nama menjadi Wu Zi Qi. Lu Xun berpendapat bahwa Wu Cheng-en mengambil tokoh Sun Go Kong atas modifikasi Wu Zi Qi. Lalu, sastrawan lain juga berpendapat bahwa tokoh Sun Go Kong adalah asli Tiongkok karena ada seorang pendeta yang juga terkenal di masa Dinasti Tang bergelar Wu Kong (Go Kong = Hokkian), nama asli Che Chao-feng.
Namun Hu Shi, sastrawan lain berpendapat bahwa Wu mengambil inspirasi dari Hanoman yang dikisahkan dalam cerita Ramayana. Karena ia berspekulasi bahwa tidak mungkin cerita Ramayana yang terkenal itu tidak sampai di Tiongkok. Jadi pasti ada pengaruh Hanoman pada karya Wu Cheng-en tadi. Ada pula sastrawan lain Ji Xian-lin yang berpendapat bahwa Sun Go Kong adalah Hanoman yang dimodifikasi menjadi Sun Go Kong tanpa ada kaitan sama sekali dengan Hanoman-nya sendiri kecuali sama2 merupakan kera sakti. Namun kera sakti Sun Go Kong jelas adalah perpaduan antara kepercayaan, cerita rakyat dan kreasi daripada penulisnya sendiri, Wu Cheng-en.
Segi sejarah dan legenda
Sun Go Kong, adalah tokoh mitologi. Jadi tidak ada seorang tokoh Sun Go Kong benar2 hidup di dunia.
Pendeta Tong pergi mengambil kitab suci ke India sendirian. Ia pernah didampingi seorang lainnya, namun karena dihadang oleh sekelompok perampok, orang itu kemudian tidak berani menemaninya sampai ke India. Mengenai perampok ini, Discovery pernah mengilustrasikan dalam klip video seorang Pendeta Tong berlari2 dikejar sekelompok penjahat di perjalanan.
Sun Go Kong muncul cuma dalam novel Perjalanan Ke Barat yang ditulis oleh Wu Cheng-en di zaman Ming. Darimana pula Wu Cheng-en mendapat ilham tentang Sun Go Kong? Ada 2 versi tentang ini, ada sastrawan yang yakin bahwa Sun Go Kong diadopsi dari karakter Hanoman. Ada pula yang meyakini Sun Go Kong adalah diilhami oleh karakter Wu Zi Qi yang juga tokoh mitologi di zaman Da Yu, Dinasti Xia. Da Yu terkenal akan jasanya menjinakkan banjir di Tiongkok pada tahun 2200 SM. Wu Zi Qi ini berwujud seperti kera. Inilah yang dianggap orang2 menjadi ilham Wu Cheng-en untuk menciptakan karakter Sun Go Kong yang berwujud kera itu.
Jadi, Sun Go Kong adalah tokoh fiksi. Dan dewa semacam ini digolongkan dalam dewa-dewi yang berasal dari tokoh mitologi.
0 komentar:
Posting Komentar